Gameplay 8,5
Segi cerita cukup jadi salah satu kekuatan dari game ini. Di sini loe bermain sebagai Isaac Clarke, seorang engineer yang bekerja untuk Concordance Extraction Corporation (C.E.C.), sebuah perusahaan penambangan ruang angkasa. Isaac dan keempat rekannya dikirimkan ke sebuah kapal penambang raksasa yang disebut USG Ishimura untuk memenuhi sebuah panggilan darurat. Awalnya mereka cuma menduga panggilan tersebut dikarenakan oleh adanya masalah mekanik, namun kenyataannya enggak seperti apa yang mereka bayangkan. Mereka diserang oleh sekumpulan makhluk yang disebut Necromorph. Necromorph ini merupakan makhluk-makhluk yang bereproduksi dari mutasi dengan tubuh manusia. Dalam penyerangan tersebut, dua anggota telah tewas. Isaac berhasil kabur, namun terpisah dari kedua anggota lainnya. Maka, Isaac harus bertahan hidup dan mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi di balik musibah ini. Kira-kira begitulah cerita yang dibawakan oleh game Dead Space ini. Cerita yang tipikal film Hollywood banget, yah? Bahkan sempat mengingatkan gue dengan versi film Doom yang dibintangi oleh Dwayne Johnson, alias The Rock. Dan jadi makin dewasa dengan darah dan organ-organ berserakan yang lebih intense.
Game ini menampilkan sudut pandang orang ketiga ‘over the shoulder’ seperti yang ada di game Gears of War. Loe bisa menembak Necromorph dari kejauhan, atau menghajar mereka di jarak dekat untuk menghemat peluru loe. Senjata loe juga enggak cuma plasma gun yang loe peroleh di awal game, pada nantinya loe bakal menemukan pilihan senjata lain yang bisa loe beli dan loe tingkatkan kemampuannya. Enggak cuma senjata aja yang bisa loe tingkatkan kemampuannya, tapi juga armor yang loe pakai (RIG uniform). Hal ini dapat dilakukan dengan memanfaatkan kemampuan Isaac sebagai seorang engineer. Dengan begitu, maka jumlah health loe dan daya hampa udara loe juga bakalan semakin ditingkatkan. Oleh karena itu, beberapa bagian di game ini juga akan mengharuskan loe untuk menjelajahi bagian hampa udara. Di game ini juga loe bakal memiliki satu kemampuan khusus yang disebut stasis. Dengan menggunakan stasis, maka loe dapat memperlambat waktu. Fitur ini cukup berguna dalam beberapa situasi tertentu, seperti menyelesaikan objectives, menghabisi para necromorph, atau juga untuk lari dari kejaran mereka. Untuk mengetahui objective apa yang mau loe selesaikan, loe tinggal memencet tombol RS dan bakal kelihatan semacam garis biru yang mengarahkan loe pada tujuan loe tersebut.
Necromorph merupakan makhluk yang sangat berbahaya. Mereka bakalan nongol buat ngagetin loe dari gelap, ataupun dari ventilasi yang ada. Beberapa tembakan belum tentu cukup buat menghabisi mereka. Akan tetapi, loe bisa lebih menghemat peluru dengan menyerang mereka pada bagian alat gerak, sesuai dengan sebuah pesan yang ada di dalam game ini, yaitu “Cut off their limbs.†Gue biasa ngelumpuhin mereka dengan menembak bagian kaki dan setelah itu gue lanjutin dengan menginjak-injak bagian tubuh mereka sampai berantakan dengan menekan tombol RB. Sadis juga, yah? Well, it’s just a game. Sayangnya, fitur melee combat di game ini masih kurang diperhatikan. Di game ini, inventory dan map loe bakal diakses secara real time, memungkinkan para necromorph itu untuk bisa menyerang loe walaupun loe sedang membuka tampilan menu tersebut. Hal ini membuat suasana main loe bakalan jadi lebih horor dan menegangkan. Seru kan? Meskipun game ini emang seru, sayangnya agak terasa repetitif. Tapi tetep aja hal ini enggak bakal banyak mengurangi kesenangan loe dalam memainkan game ini. Mungkin yang bakalan cukup member nilai minus pada gameplay ini terletak pada action yang cenderung repetitif, tapi kalau loe udah kepalang doyan, hal ini pastinya enggak akan banyak berpengaruh buat loe, deh. Kamera pada game ini juga cukup bekerja dengan baik. Cukup memberikan loe keleluasaan untuk melihat ke sekitar loe. Jadi, loe bisa lebih siap untuk mengantisipasi serangan mendadak dari makhluk-makhluk yang bikin kaget itu. So, enggak ada masalah buat kamera di game ini.
Graphic 9
Kualitas grafis dari game ini bisa gue bilang memuaskan. Meskipun game ini penuh dengan nuansa brutal, sadis, dan horor, gue ngerasa kalau game ini punya grafis yang ‘indah.’ Jangan salah dulu, bro. Yang gue anggap indah di game ini ada pada kualitas detil in-game-nya, terlihat baik dan juga memukau. Loe juga bisa liat desain necromorph yang bener-bener keliatan mengerikan dan sangat detil. Game ini punya nilai lebih buat loe yang demen sama game yang sadis kayak gini. Loe liat aja darah ada dimana-mana, bagian-bagian tubuh berserakan, dan mayat-mayat mati mengenaskan. Darah yang muncrat dan detil yang keliatan udah bikin gue cukup salut sama EA Redwood Shores. Makanya loe enggak usah heran kalau game ini sempat di-banned di beberapa negara. Ngeliat hal kayak gini emang nyeremin juga, sih. Tapi tetep aja menarik buat loe liat di game ini. Inget, cuma di game aja lho.
Untuk kualitas visualisasi in-game-nya, gue udah ngerasa dipuaskan. Tapi gue masih agak kurang puas dengan kualitas cutscene-nya. Detil pada bagian muka masih sama dengan yang ada di game-game ala Barat kebanyakan, masih belum terlihat rapi dan memuaskan. Yah, seenggaknya gue cukup puas dengan visualisasi sinematis yang ada pada game ini. Oke banget dan bener-bener membawakan nuansa mencekam dengan baik.
Sound 9,3
Selain grafis yang memukau, tentunya loe juga butuh kualitas sound yang mantap untuk mendukung suasana main loe. Nuansa yang mencekam pastinya belum lengkap kalau belum ada suara-suara ngagetin yang bisa bikin loe lompat dari tempat duduk. Di sepanjang perjalanan loe menjelajahi USG Ishimura, loe bakal dikejar-kejar dengan bayangan rasa takut akan dikejar necromorph. Suara yang disajikan bener-bener bisa bikin loe buat ngerasa parno dengan kehadiran necromorph yang mengintai loe dan siap untuk menghabisi loe di saat lengah dari balik ventilasi. Selain itu, dari kejauhan juga kedengeran suara samar-samar teriakan seseorang yang tengah jadi mangsa necromorph. Cukup banget buat bikin loe merinding dah.
Longevity 8,2
Apa bila loe udah menyelesaikan game ini sekali, loe bakal membuka fitur New Game +. Melanjutkan New Game + ini akan memungkinkan loe untuk memainkan game yang kedua kalinya dengan dibekali oleh equip yang sama seperti waktu loe menyelesaikan game ini untuk pertama kalinya, termasuk juga difficulty level-nya. Hal ini tentu membuat loe lebih mudah untuk membantai para necromorph untuk yang kedua kalinya. Bisa jadi hal ini bakalan cukup menyenangkan untuk loe lakukan, tapi bisa juga bakalan cukup membosankan. Gimana enggak? Difficulty yang udah loe pilih di awal game pertama kali, itu juga yang bakal loe lanjutkan pada New Game + loe. Jadi, loe bayangkanlah kalau loe mau coba difficulty yang lebih susah, loe harus mulai semuanya dari awal lagi dan tanpa apa yang udah loe dapat dari menyelesaikan game ini pertama kali. Agak mengecewakan.
Editor’s Tilt 9
Satu sajian baru buat loe yang doyan horor dan game TPS. Game ini punya cerita yang setara dengan film-film Hollywood, gameplay yang fun, grafis yang keren, serta sound yang mendukung. Dengan game ini, EA kayaknya udah cukup mampu untuk ngebuat gue sadar kalau mereka juga bisa bikin game action yang bener-bener keren dan enggak cuma bisa FIFA atau NFS series doang. Kalau dulu gue masih agak memandang sebelah mata franchise Medal of Honor, kayaknya sekarang gue udah dibuat “melek†dengan game-game sekaliber Army of Two, Crysis, dan Dead Space ini. Harus gue akui kalau prestasi EA saat ini emang tengah berkembang. Secara keseluruhan, gue udah cukup merasa dipuaskan dengan kualitas game ini dari berbagai aspek. Pada awalnya, gue ngerasa kalau game ini cuma menjual darah dan kontroversinya aja. Tapi enggak begitu pada kenyataannya, bagaimana game ini dikemas dengan enggak hanya menjual darahnya itulah yang menarik. Jadi, game ini enggak cuma menyajikan loe dengan explicit violence & gore, tapi emang kualitas yang emang bener-bener sanggup buat ngangkat game ini jadi salah satu game papan atasnya EA. Buat loe yang demen action, horor, dan sci-fi, Dead Space layak buat gue rekomendasikan. (LYR)
